Setelah melihat sebuah ajakan di Facebook untuk menjadi “sang penyebar” ahirnya aku mendaftarkan diri dengan cara memengklik link yang ada. Setelah daftar aku lihat galeri peserta yang sudah mendaftarkan diri terlebh dahulu. Eh… ternyata aku tidak ada. Ya sudahlan.. aku pikir mungkin lagi dalam proses, selanjutnya aku menyebarkan ajakan tersebut sesuai “perintah”.
Yang menjadikan semangat aku melakukan ini karena hadiahnya sebuah iPad bagi 6 perserta dengan point terbanyak. “siapa tau ini adalah jalan tuhan memberikan hadiah. Rizki dari arah yang tidak diduga-duga” begitu gumamku dalam hati. iPad, oh iPad. Sebuah barang “canggih” yang aku impikan.
Besok hari aku buka galeri, tetapi gak ada juga. Ahirnya cobalah cari informasi di FB. Ketemu… tanya lah.. ahirnya tahu masalahnya dimana. Ternyata yang dilakukan kemarin hanya nge-clik like saja, padahal ada lanjutanya. Mesti mengisi identitas, nama, email, hp dan seterusnya. Lengkap sudah. Ahirnya buka email lakukan verifikasi. Selesai. Dalam galeri profil sudah terpampang fotoku, foto Abu Bakar Ba’asyir.
Langkah selanjutnya adalah cari point, dengan cara mengajak orang untuk melakukan apa yang aku lakukan. Aku tulis di wall sendiri, aku tulis di wall group, aku tulis di wall orang yang aku kenal. Aku chating, ajakin dia untuk ikut. Aku tuliskan link nya di papan chat. Dengan sedikit maksa ahirnya dia mendaftarkan diri. Tapi point juga belum bertambah. Dia ternyata sudah daftar dengan link orang lain. Atau langsung ke websitenya tanpa melewati link-ku. Gagal.
Besoknya, pagi-pagi sudah Aku tulis di wall sendiri, aku tulis di wall group, aku tulis di wall orang yang aku kenal. Saking banyaknya sampai menutup satu halaman dengan “iklanku”. Hal tersebut tentu pengaruh juga dengan wall nya temen-temenku. Satu halaman penuh iklan. Temenku menulis status dengan ungkapan bernada kesal karena satu halaman penuh iklan. Walaupun mungkin bukan –hanya- karena iklanku saja tapi aku merasa gak enak juga. Ditambah lagi dengan komentar temen-temenya terhadap status itu. “blokir atau putuskan pertemanan saja” begitu kata salah satu komentar.
Tak sampai disitu, perjuangan tetap harus dilanjutkan. Aku tulis di wall sendiri, aku tulis di wall group, aku tulis di wall orang yang aku kenal. Ahirnya ada juga yang mengomentari status iklanku baik hanya “like” atau bertanya bagaimana caranya, malah ada yang konfirmasi bahwa dia sudah daftar. Waw.. lumayan. Aku lihat pointku. Hm… masih nol. Dengan sabar aku jelaskan langkahnya yang mungkin dia lupakan. “klik di link ku klik like tungguin, sampai ada tombol selanjutnya isi formulir buka email untuk verifikasi - login sebarkan”
Aku tulis di wall sendiri, aku tulis di wall group, aku tulis di wall orang yang aku kenal. Belum embuahkan hasil. Point masih nol. Penasaran. Aku buka akun fb ku yang lain –akun perempuan-, aku coba mulai mendaftar sampai menyebarkan. Nilaiku menjadi 10. Lho…padahal point tertinggi sudah sampai 4 ribuan point, artinya dia telah mengajak orang sebanyak 400 orang. Jadi yang kemaren teman-temanku yang bilang sudah daftar kok gak ada ya. Apakah prosesnya yang terlalu sulit. Kalau sulit bagaiman dengan peserta yang sudah mengumpulkan begitu banyak point ? penasaran. Aku bukan peserta itu, aku buka akun FB-nya. Wallnya penuh dengan iklan, tidak hanya iklan “sang teladan” tetapi iklan lain tentang macam-macam lombang. Komentar teman-temanya juga gak ada. Aktifitas terahir akun itu sekitar 18 jam yang lalu. Sepi. Tapi kok dia mengumpulkan begitu banyak point ?
Penasaran. Selain analisis keluar juga aku mencoba untuk introspeksi. Apakah ajakanku tidak menarik ? apakah komunikasi persuasifku yang payah ? atau ada yang curang disini mengingat point tertinggi [sekitar 4 orang] dengan point dibawahnya beda jauh. Jomplang.
Kekesalan kucoba dibagi dengan group “sang teladan” , berikut dialog saya dengan admin sang teladan :
dan responnya adalah
anda masih penasasaran ? kalau mau coba aja dengan klik disini
Anyer, 22 Februari 2010